Reporter: Vina Elvira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia optimistis kinerja perdagangan Indonesia di sepanjang 2025 masih cukup tangguh, di tengah kondisi perlambatan global.
Sepanjang periode Januari–Agustus 2025, ekspor Indonesia tercatat mencapai US$185,13 miliar. Sedangkan untuk impor senilai US$155,99 miliar, sehingga neraca perdagangan masih surplus US$29,14 miliar.
“Pada Agustus 2025 sendiri, ekspor bulanan Indonesia sebesar US$24,96 miliar. Ini menunjukkan momentum yang tetap positif meski ada tekanan global dan penyesuaian harga komoditas,” ungkap Wakil Ketua Umum Koordinator Kadin Indonesia, Erwin Aksa, kepada Kontan.co.id, Jumat (17/10/2025).
Baca Juga: Kadin: Perjanjian Dagang Indonesia-Kanada Perkuat UMKM dan Rantai Pasok
Kadin melihat Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dalam perdagangan internasional, terutama yang berkaitan dengan efisiensi logistik dan pembiayaan.
Menurutnya, secara historis, biaya logistik Indonesia pernah berada di kisaran 23% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Namun, meski pemerintah terus berupaya menekan biaya logistik, kesenjangan infrastruktur serta proses hulu-hilir masih terasa bagi eksportir, terutama UMKM.
“Ketidakpastian global, fluktuasi harga komoditas, dan standar teknis di pasar tujuan juga menambah beban adaptasi,” tambahnya.
Baca Juga: Pemanfaatan AI hingga Penguatan Jasa, Kadin Beberkan Peluang Iklim Usaha Indonesia
Erwin menyebutkan, sektor manufaktur bernilai tambah terutama otomotif, elektronik, tekstil & garmen, serta logam dasar masih menjadi penopang ekspor non-migas Indonesia saat ini.
Di otomotif, misalnya, ekspor kendaraan utuh (CBU) mencapai 233.648 unit pada semester I-2025, tumbuh sekitar 7% yoy.
Sedangkan beberapa sektor industri yang masih membutuhkan pendampingan di antaranya sektor pertanian,perikanan, dan UMKM.
Untuk meningkatkan kinerja ekspor Indonesia ke depan, Kadin menyarankan lima prioritas utama. Pertama, harmonisasi regulasi lintas-lembaga dengan target waktu jelas.
Baca Juga: Kadin Dorong Penerapan GRC di Sektor Riil, Bukan Hanya Keuangan
Kedua, pusat logistik ekspor terpadu di hub industri dan pelabuhan sekunder. Ketiga, pembiayaan ekspor yang lebih inklusif untuk UMKM atau koperasi.
Keempat, pendampingan standar & sertifikasi (termasuk hijau) berbasis klaster; dan kelina diversifikasi pasar & produk ke Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin.
“Dengan ini, kami yakin ekspor bisa tumbuh berkelanjutan sambil memperdalam porsi manufaktur bernilai tambah,” tambahnya.
Di sisi lain, KADIN juga mengapresiasi langkah pemerintah dalam mengatasi hambatan perdagangan, seperti percepatan INASW/INSW, perluasan pembiayaan melalui LPEI, dan langkah diplomasi dagang, termasuk negosiasi terbaru yang membantu menjaga momentum ekspor di paruh pertama 2025.
Namun, di lapangan masih ada tumpang tindih regulasi dan disparitas konektivitas pelabuhan di luar Jawa.
“Kadin mendorong penguatan ‘one gate policy’ untuk ekspor-impor dan akselerasi digitalisasi dokumen agar kepastian waktu dan biaya makin baik,” tandasnya.
Baca Juga: Kadin Ingatkan Pentingnya Perlindungan Pasar Domestik di Tengah Ketegangan Global
Selanjutnya: Asaki Proyeksikan Volume Produksi Keramik Naik jadi 335 Juta M² per Kuartal III 2025
Menarik Dibaca: Trans Segara City Beroperasi, Mobilitas dari Bekasi ke Stasiun Senen Lebih Praktis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News