Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Harum Energy Tbk (HRUM) terbilang lesu sepanjang kuartal I-2020. Emiten ini cukup terpengaruh oleh tren penurunan harga batubara yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Sebagai catatan, pendapatan HRUM terkoreksi 15,08% (yoy) menjadi US$ 61,19 juta di kuartal I-2020. Di saat yang sama, laba bersih HRUM juga anjlok sebesar 87,12% (yoy) menjadi US$ 0,82 juta.
Volume penjualan batubara HRUM di kuartal I-2020 turut mengalami penurunan sebanyak 13% (yoy) menjadi 1 juta ton. Begitu pula dengan volume produksi batubara yang terkoreksi 9,9% (yoy) menjadi 900.000 ton.
Baca Juga: Turun 9,9%, Harum Energy (HRUM) keduk 900 ribu ton batubara di kuartal I
Direktur Utama HRUM Ray Antonio Gunara mengatakan, hasil kinerja keuangan HRUM di kuartal pertama lalu cukup dipengaruhi oleh harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara yang turun 2,7% (yoy) menjadi US$ 60,5 per ton. Padahal, secara kuartalan, ASP batubara HRUM masih mengalami kenaikan 4% (qoq).
Ia juga berpendapat, terkoreksinya laba bersih HRUM di tiga bulan pertama tahun ini lebih disebabkan oleh kerugian kurs yang dialami perusahaan sebesar US$ 4,9 juta. “Ini merupakan imbas dari translasi aset bersih perusahaan dengan denominasi rupiah yang terdepresiasi cukup dalam terhadap dolar AS,” jelas dia, Selasa (2/6).
Terlepas dari itu, HRUM tetap optimistis dengan prospek kinerjanya di kuartal-kuartal ke depan. Terlebih, penjualan ekspor batubara HRUM sejauh ini masih tergolong stabil.
China masih menjadi negara tujuan ekspor batubara terbesar bagi HRUM dengan porsi 44% dari total volume penjualan batubara milik perusahaan di kuartal pertama lalu. Kemudian diikuti oleh Banglades sebanyak 23%, Thailand 16%, Korea Selatan 15%, dan Filipina 2%.
Ray menyebut, pasar batubara China sempat merosot di awal tahun ini lantaran wabah virus corona. Namun, mulai bulan Maret, di saat negara-negara lain mulai keteteran menghadapi virus corona, China perlahan bangkit dan menghidupkan lagi industri batubaranya.
Lantas, di periode Januari hingga April total impor batubara di China masih bisa mencapai 127 juta ton atau naik 27% (yoy).
Hanya saja, permintaan impor batubara dari China tetap menemui tantangan dalam waktu dekat. Selain terpengaruh faktor liburan hari buruh lalu, ada potensi China akan lebih memperketat kontrol impor batubara di sisa tahun ini.
Baca Juga: Harum Energy (HRUM) siapkan belanja modal US$ 8 juta di tahun ini
Maka dari itu, manajemen HRUM juga tetap melakukan antisipasi tantangan tersebut di masa mendatang. “Kami secara aktif mencari peluang-peluang perluasan pasar ekspor batubara baru,” ujar Ray.
Di samping itu, masih rawannya penurunan harga batubara global membuat HRUM membuka kemungkinan evaluasi kembali target produksi di tahun 2020. Hal ini tentu dengan mempertimbangkan keseimbangan marjin operasi dan keberlanjutan produksi batubara di masa mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News