Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anjloknya harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juni yang ditengarai akan sulit rebound di tengah imbas Corona akan menyeret harga bahan baku petrokimia, seperti nafta.
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono menjelaskan, harga minyak WTI kontrak Juni baru saja mencerminkan harga yang cenderung sama dengan kontrak Mei.
Menurut pantauan Wahyu harga minyak kontrak Juni kembali anjlok. Melansir Bloomberg jam 15.40 WIB, harga minyak WTI turun menjadi US$ 11,4/bbl.
Baca Juga: Bursa Asia terkoreksi pagi ini, lagi-lagi karena harga minyak
"Harga minyak WTI yang turun akan susah naik karena persediaan minyak di Amerika Serikat yang melambung dipicu kebijakan Saudi. Di saat yang sama penyerapan minyak mentah yang seret akibat Corona karena mobilitas dibatasi,'" jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (22/4).
Menurut Wahyu sektor industri yang paling terdampak tentu Migas dan energi. Namun di samping itu sektor petrokimia bisa mendapat momentum untuk borong bahan baku di tengah penurunan harga minyak ini.
Kendati ada kesempatan, Wahyu bilang tidak serta-merta bisa stok minyak mentah karena umumnya perusahaan sudah banyak terbebani dampak makro dan mikro imbas Corona.
Katanya yang paling kelihatan (sudah, sedang dan akan dialami) adalah dilema gaji karyawan, THR atau paling buruk opsi PHK karena minimnya pendapatan.
Baca Juga: Harga minyak merosot, defisit APBN berpotensi melebar Rp 12,2 triliun
Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiono menjelaskan anjloknya harga minyak mentah WTI adalah momentum sangat bagus untuk industri petrokimia. "Jadi kalo harga minyak mentah jatuh, otomatis harga nafta juga melandai," jelasnya.
Namun masalah yang terjadi saat ini, kata Fajar, kapal mengangkut bahan bakunya apakah tersedia? Pasalnya, biang masalah harga minyak anjlok juga karena tidak ada kapalnya. Semua kapal terisi penuh minyak mentah karena tidak bisa dibongkar di user. Pemicunya karena subsidi bayar kapalnya untuk bongkar tidak ada.
Baca Juga: Penasaran mengapa harga BBM kita belum juga turun? Ini jawabannya....
Fajar menjelaskan harga sewa kapal jadi melonjak tinggi. Biasanya hanya US$ 60.000 - US$ 80.000 per hari menjadi US$ 400.000 per hari.
Meski demikian, ada juga katalis positifnya bagi industri petrokimia yang punya kapal sendiri. Menurut Fajar, perusahaan yang harus memanfaatkan momentum ini adalah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan Pertamina.
Jadi menurut Fajar, kesempatan emas ini jangan sampai terlewat oleh pengusaha Petrokimia yang sekiranya bisa memanfaatkan momentum agar bisa dapat maksimal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News