kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perkantoran di Indonesia boros energi


Rabu, 27 November 2013 / 07:28 WIB
Perkantoran di Indonesia boros energi
ILUSTRASI. Aktivitas pertambangan nikel PT Tiran Mineral di Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Jumat (11/6/2021). ANTARA FOTO/Jojon/hp.


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri

BANDUNG. Bangunan perkantoran di Indonesia dinilai masih belum ramah terhadap lingkungan.  "Soal penggunaan listrik, misalnya. Bangunan-bangunan perkantoran menghabiskan 250 kwh listrik tiap meter persegi (ruang) setiap tahun," ujar Commercial Building Solution Manager PT Holcim, Ranidia Leeman, di Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang, Jalan Kiputih, Bandung (26/11).

Ranidia mengutip data itu dari Green Building Council Indonesia. Pemakaian listrik di gedung-gedung perkantoran di Indonesia dua lipat lebih boros daripada bangunan-bangunan yang sama di Malaysia dan Singapura yang hanya memakai listrik 100 kWh listrik per meter persegi per tahun.

Sayang, Ranidia tak mengantongi detail data tentang persentase bangunan yang belum go green di tanah air. Secara global, lanjutnya, World Green Building Council mencatat bangunan-bangunan rata-rata menghabiskan 40 persen listrik dan 17 persen dari persediaan air bersih di dunia.

Bangunan-bangunan berada di posisi sebagai teratas belum ramah lingkungan diikuti transportasi serta industri. Menurutnya, memang belum ada syarat untuk menentukan sebuah bangunan termasuk dalam katogeri hemat energi dan air atau tidak.

 "Namun, di beberapa negara, ada penetapan standar penggunaan listrik dan air untuk bangunan. Pihak yang melanggar standar itu dikenakan pinalti atau di-charge lebih," kata Ranidia. Karena itu, perlu ada usaha untuk menemukan ide menciptakan bangunan yang hemat energi dan air.

"Harus ada promosi tentang bangunan minim konsumsi energi. Perlu ada insentif serta apresiasi khusus bagi mereka yang memperjuangkan bangunan-bangunan berkelanjutan (minim pemanfaatan air serta energi)," ujar perempuan itu.

Ranidia mencontohkan Singapura yang sedang berupaya agar bank-bank memberikan pinjaman berbunga rendah perusahaan yang mendirikan bangunan hemat energi dan air. Secara global, ucapnya, Holcim berupaya mendorong pendirian bangunan berkelanjutan melalui Holcim Award.

Holcim Award kali ini menyediakan total hadiah senilai 2 juta dolar Amerika. Ia mengklaim nilai ini merupakan yang terbesar untuk apresiasi di bidang desain. Tahun lalu, tiga dari 12 Award di Asia Pasifik diraih orang Indonesia. (Tom/Tribunnews)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×