Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pemerintah Indonesia dinilai kurang tanggap dalam mengatur fluktuasi harga komoditas, terutama ayam. Pasalnya, saat ini harga ayam belum stabil dan terus berubah tergatung permintaan dan supply. Hal ini membuat peternak ayam tradisional tidak bisa mengajukan pinjaman bank karena resiko usaha yang tinggi.
Eko Putro Sandjojo, Direktur Utama PT Sierad Produce Tbk (SIPD) mengatakan bahwa pemerintah perlu membuat kebijakan yang pro kepada peternak. Salah satunya adalah membangun sarana pasca panen bukan dengan mengurangi produksi ayam yang akan berimbas kepada peternak.
"Harusnya saat demand-nya turun ayamnya taruh di frozen, saat tinggi stock dari cold storage di lepas. Jadi peternak juga diuntungkan, peternak juga bisa bankable, di Indonesia kan peternak enggak bisa bankable karena risknya terlalu tinggi," ujarnya, Senin (15/2).
Solusi pemerintah untuk mengurangi produksi memang kurang tepat, karena tidak menguntungkan bagi pengusaha ayam. Tahun lalu, semua emiten sektor pakan ternak mengalami kerugian akibat kelebihan suplai. Hal itu membuat banyak emiten melakukan pemangkasan terhadap pasokan day old chicken (DOC) dan pemusnahan induk ayam untuk meningkatkan harga.
"Kita lobi terus ke pemerintah, karena enggak ada untungnya produksi dikurangin. Kita serba salah, kalau produksi dikurangi karena aturan pemerintah yang dikeluarkan kementerian kita harus ikutin kan. Kalau enggak diikutin kita salah, tapi kita ngikutin malah dipanggil polisi dan dipanggil KPPU," lanjutnya.
Ia mengatakan pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan mendesak untuk mengoptimalisasi sarana pasca panen atau memberikan insentif bagi swasta yang ingin masuk ke sarana pasca panen. Pasalnya sampai saat ini, kurang dari 15% pelaku yang mengoptimalkan sarana pasca panen sehingga fluktuasi harga ayam masih tinggi.
"Solusinya ya dikasih insetif untuk sarana pasca panen, yaitu izin dan pajak. Karena sarana pasca panen itu investasinya lama sekali, enggak mungkin diadu dengan yang tradisional. Tapi di AS dan negara maju kan relatif stabil harganya," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News