Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo .
Adapun, ritel-ritel yang tutup justru di dominasi oleh masyarakat yang menengah ke bawah. Sehingga hal tersebut mengakibatkan adanya daya konsumsi yang melemah dan rendah. “Otomatis daya beli akan tertahan, sehingga para ritel pasti mengeluarkan biaya yang besar dibandingkan pemasukan. Sehingga mereka memilih untuk tutup toko,” tambahnya.
Roy menambahkan, angka indikator di tahun 2020, dalam sembilan bulan pandemi sekitar 1.200 toko atau rata-rata 4-5 toko ritel tercatat tutup per harinya. Sementara periode Januari sampai Maret 2021 tercatat sekitar 90 toko ritel atau 1-2 toko tutup per hari. “Jadi total sekitar 1.250-1.300 toko ritel di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Meski demikian, Roy masih menilai bahwa bisnis ritel masih akan ciamik. Lantaran ritel merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan pokok dan sehari-hari bagi masyarakat. Terutama para ritel modern yang akan semakin memudahkan masyarakat.
Selain itu, Roy juga melihat bahwa masih adanya tantangan para peritel di tengah pandemi Covid-19. Ia berharap pemerintah dapat menjadikan sektor peritel sebagai prioritas dalam APBN. Hal ini karena ritel-ritel turut memberikan kontribusi dalam konsumsi rumah tangga.
“Kita berharap ritel-ritel tidak banyak yang tutup dengan adanya bantuan dana alokasi dari pemerintah seperti PEN dan juga prioritas untuk vaksinasi Covid-19 bagi karyawan ritel,” tutupnya.
Selanjutnya: Hippindo melihat prospek bisnis minimarket memiliki peluang yang menjanjikan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News