Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) memastikan komunikasi dengan perusahaan migas raksasa, Shell, ke sektor hulu migas Indonesia masih terus berjalan.
Kepala Divisi Manajemen Wilayah Kerja dan Strategi Biaya SKK Migas, Asnidar, menyampaikan pembahasan dengan Shell akan kembali dilakukan bulan November ini.
“Engagement masih lanjut terus. November ini SKK Migas masih akan ketemu Shell lagi untuk berdiskusi mengenai area of interest,” ujarnya kepada Kontan, Senin (13/10/2025).
Sebelumnya, SKK Migas memberi sinyal bahwa Shell berpotensi kembali berinvestasi di sektor hulu migas Tanah Air. Minat tersebut didorong oleh sejumlah temuan lapangan migas baru, terutama di wilayah lepas pantai dan laut dalam yang sesuai dengan kompetensi Shell dalam eksplorasi deepwater.
Namun, sejumlah pihak menilai langkah Shell masih bersifat penjajakan awal. Pengamat migas Hadi Ismoyo menilai narasi rencana kembalinya Shell masih bersifat umum dan normatif.
“Shell E&P itu hal yang biasa mencari setiap peluang eksplorasi, termasuk di Indonesia. Tapi itu tidak berarti mereka akan segera masuk. Banyak faktor yang mereka pertimbangkan, termasuk iklim investasi yang kondusif,” ujarnya kepada Kontan, Senin (13/10/2025).
Menurut Hadi, ketertarikan Shell tak lepas dari masih banyaknya potensi migas di Indonesia, termasuk 68 unexplored basin yang berpotensi menyimpan cadangan besar (giant discovery). Meski demikian, ia menilai keputusan investasi tidak hanya bergantung pada pertimbangan teknis.
“Perlakuan yang tidak simpatik terhadap investor di sektor hilir bisa mempengaruhi minat investasi di hulu. Perusahaan besar seperti ExxonMobil, Shell, dan BP memiliki manajemen terpusat. Jika mereka melihat risiko iklim investasi yang tidak ramah, tentu akan berpikir dua kali untuk kembali ke Indonesia,” kata Hadi.
Sebagai catatan, Shell sebelumnya pernah beroperasi di hulu migas RI melalui proyek Abadi LNG di Blok Masela, Laut Arafura, bersama Inpex Corporation. Shell memegang 35% saham proyek tersebut sejak 2011, namun resmi hengkang pada 2023 setelah menjual seluruh sahamnya kepada Pertamina dan Petronas. Sejak saat itu, Shell tidak lagi memiliki aset eksplorasi maupun produksi di Indonesia, meski masih aktif di bisnis hilir dan energi terbarukan.
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyiapkan lelang 75 wilayah kerja migas baru pada tahun ini. Direktur Jenderal Migas Laode Sulaeman mengatakan langkah tersebut dilakukan untuk mengejar target produksi minyak siap jual atau lifting sebesar 900.000 barel per hari (bph) pada 2029.
Kementerian ESDM bersiap mengubah pola lelang wilayah kerja (WK) minyak dan gas bumi (migas) dari sebelumnya bertahap menjadi serentak. Langkah ini ditempuh untuk mengejar target produksi minyak siap jual (lifting) mencapai 900.000 barel per hari (bph) pada 2029.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan, mekanisme bertahap dinilai tidak lagi relevan jika pemerintah ingin mempercepat peningkatan produksi. Karena itu, seluruh blok migas yang tersedia akan langsung ditawarkan sekaligus.
“Kalau dibuat bertahap seperti itu, ya ini target untuk peningkatan lifting tidak akan tercapai. Jadi ya kita memiliki wilayah yang akan kita tawarkan, [ada] 75 [wilayah kerja/WK]. Seperti di toko, jadi kita pajangkan saja semua,” ujar Yuliot ditemui Kontan di Kompleks DPR RI, Rabu (3/9).
Penawaran blok migas serentak ini ditargetkan bisa dieksekusi paling lambat Oktober 2025. Skema ini juga akan berlaku permanen, bukan hanya sekali pakai.
“Nanti [jika] ada badan usaha yang berminat, ‘saya mau di blok ini, di blok ini, di blok ini’, nanti berdasarkan badan usaha, mereka tertarik dua atau tiga, ya itu yang kita kompetisikan. Jadi polanya kita ubah,” tegas Yuliot.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman menambahkan, pemerintah sudah menyiapkan 17 WK untuk ditawarkan tahun ini. Namun, ia belum bisa memastikan jadwal pasti lelang berikutnya.
“Nanti kami umumkan kembali. Nanti kita lapor dulu ya. Nanti bocorannya. Saya lebih suka kalau sudah ada output dan outcome, baru bicara. Kalau baru mulai, saya belu bisa ini [berkomentar dahulu],” kata Laode.
Selanjutnya: Bos JPMorgan Bertemu Menkeu Purbaya, Apa yang Dibahas?
Menarik Dibaca: Adakan Fashion Take Program, Blibli Tiket Action Olah Limbah Tekstil Jadi Rompi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News