kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sintesa Group andalkan bisnis energi tahun ini


Sabtu, 11 Februari 2017 / 14:16 WIB
Sintesa Group andalkan bisnis energi tahun ini


Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Yudho Winarto

Tetap jalankan rencana IPO

Walau tidak bisa terlaksana dalam waktu dekat, keinginan Sintesa Group untuk mendorong dua subholdingnya, yakni properti dan energi, untuk terjun ke Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menyala. Sintesa masih on the right track mencapai target Sintesa agar tiap subholding bisa melakukan penawaran umum alias initial public offering (IPO) sendiri-sendiri.

Dari empat holding, baru subholding sektor konsumer dan industri yang melantai di bursa. Emiten milik Sintesa di sektor konsumer adalah PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA) sedangkan di sektor industri adalah PT Tira Austenite Tbk (TIRA).

"Ya, kami masih merencanakan (IPO), sih. Tapi, tidak tahun ini. Kemungkinan di tahun depan atau dua tahun lagi. Yang pasti, tidak tahun ini," kata Shinta.

Prosesnya jadi lebih lama karena Sintesa Group tengah menganalisa subholding mana yang akan go public duluan. Apakah subholding energi atau properti. "Kami lihat mana yang lebih berprospek. Karena kami melihat, sektor energi opportunity-nya juga besar. Jadi, mana lihat mana yang lebih dulu. Yang pasti, kami tidak akan lakukan bersama-sama," ujar Shinta.

Selain tidak akan dilakukan dalam waktu bersamaan, Sintesa juga tidak ingin menggabung sektor yang berbeda untuk IPO berbarengan. Dengan fokus per sektor, perusahaan akan lebih mudah menyusun target dan rencana. "Kami maunya per sektor agar tidak tercampur. Targetnya jadi lebih clear. Karena valuenya juga akan beda, ya, kalau kita mencampur-campur," jelas Shinta.

Sebelum melantai di bursa, Sintesa akan memperbesar nilai subholding-nya terlebih dahulu. Dengan begitu, investor akan lebih tertarik membeli saham perdananya.

"Kalau nilai perusahaannya terlalu kecil, tidak ada gunanya. Nilai aset, kalau properti minimum Rp 3 triliun sebelum IPO. Sekarang kami masih sekitar setengahnya. Sedangkan kalau energi, kami lebih melihat ke skala megawattnya, ya. Jadi, kami targetkan total kapasitasnya 1.000 MW sebelum masuk bursa," kata Shinta.

Kendati ada target ideal, namun Shinta tidak mau terlalu terpaku sehingga tidak jadi-jadi IPO. "Sekarang ada banyak juga perusahaan yang tidak sampai target sebesar itu tapi dia sudah bisa IPO. Kembali lagi, tergantung pada apa keinginan perusahaan untuk fundraising-nya. Makanya, kami tidak terlalu mematok itu, sih," kata Shinta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×