kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.956.000   25.000   1,29%
  • USD/IDR 16.536   -80,00   -0,49%
  • IDX 6.949   50,77   0,74%
  • KOMPAS100 1.008   6,76   0,68%
  • LQ45 779   4,55   0,59%
  • ISSI 222   1,81   0,82%
  • IDX30 403   1,48   0,37%
  • IDXHIDIV20 475   0,48   0,10%
  • IDX80 114   0,72   0,64%
  • IDXV30 116   0,56   0,49%
  • IDXQ30 131   -0,28   -0,21%

Thailand gusur Singapura sebagai importir terbesar ke-3 di Indonesia


Kamis, 04 Agustus 2011 / 20:30 WIB
Thailand gusur Singapura sebagai importir terbesar ke-3 di Indonesia
ILUSTRASI. Terminal batubara PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) di Samarinda, Kaltim, Jumat (13/9/2013). Kontan/Panji Indra


Reporter: Bernadette Christina Munthe |

JAKARTA. Impor komoditas non-migas asal Negeri Gajah Putih, Thailand semakin membanjiri pasar domestik. Pada periode Juni 2011, Thailand menggeser posisi Singapura sebagai negara importir terbesar ke tiga untuk Indonesia dengan nilai US$ 5,185 miliar.

Badan Pusat Statistik(BPS) mencatat pertumbuhan nilai impor dari Thailand pada semester pertama 2011 mencapai 41,71% dibandingkan semester pertama 2010 sebesar US$ 3,659 miliar. Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan pada Juni, defisit perdagangan Indonesia yang terbesar adalah dengan Thailand dengan nilai US$ 471,7 juta. Jumlah ini lebih besar daripada defisit dengan importir terbesar kita, China yaitu US$ 365,2 juta.

Data BPS menunjukkan impor terbesar adalah untuk komoditas gula tebu dengan nilai US$ 525,538 juta. Angka ini melonjak tajam 453% dari nilai impor pada periode semester 1 2010 sebesar US$ 95,03 juta.

Selain itu dari Mei 2011 ke Juni 2011 terjadi lonjakan impor gandum-ganduman sebesar 153,45% dari US$ 8,91 juta menjadi US$ 22,58 juta. Nilai impor beras patah(broken rice) dicatat naik 166,05% secara tahunan dari US$ 15,723 juta pada semester 1 2010 menjadi US$ 41,832 juta pada semester 1 2011.

Ketika dimintai penjelasan mengenai hal ini, Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar mengatakan masih perlu meneliti lebih jauh mengenai defisit perdagangan yang tinggi ini. Ia mengaku belum melihat secara rinci komoditas apa yang mendominasi impor dari Thailand.

“Yang penting perlu kita sadari juga, ekspor kita ke Thailand juga meningkat. Kalau tahun lalu ekspor non migas kita ke Thailand 3,32% dari total ekspor, tahun ini sudah menjadi 3,78%,” kata Mahendra ketika ditemui usai konferensi pers kinerja ekspor dan impor semester 1 2011 di Jakarta.

Hingga Juni 2011, nilai ekspor non-migas (FOB) Indonesia ke Thailand mencapai US$ 2,98 miliar, menempati urutan ke 7 dari 12 negara utama tujuan ekspor. Nilai ini dicatat naik 52,82% dari nilai ekspor pada periode yang sama 2010 yang baru sebesar US$ 1,953 miliar. Sementara secara bulanan, terjadi kenaikan 17,49% dari US$ 370,4 juta pada Mei 2011 menjadi US$ 435,2 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×