Reporter: Filemon Agung, Pratama Guitarra | Editor: Pratama Guitarra
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi migas di tanah air sedang kurang sehat. Setelah Royal Dutch Shell berencana hengkang dari Blok Masela, kabar terbaru PT Chevron Pacifik Indonesia (CPI) yang memberi isyarat untuk tidak melanjutkan pengembangan tahap II Blok Indonesia Deep Water Development (IDD).
Isyarat itu dikatakan CPI karena pengembangan tahap II Blok IDD tidak masuk dalam portfolio global Chevron.
Hal itu ditegaskan oleh Manager Corporate Communication Chevron Pacific Indonesia, Sonitha Poernomo. Ia bilang, kondisi tersebut membuat pengembangan tahap II Blok tersebut berpotensi tidak mempunyai cukup modal.
Baca Juga: SKK Migas masih nantikan kepastian perubahan hak partisipasi di Blok Tuna
"IDD Tahap II tidak dapat bersaing untuk mendapatkan modal dalam portofolio global Chevron. Kami percaya proyek ini akan memiliki nilai untuk operator lain," tutur Soenitha kepada Kontan.co.id, Kamis (23/7)
Tapi Soenitha bilang, sejatinya Cekungan Kutai yang ada di lapangan laut dalam itu masih tergolong kawasan hidrokarbon yang menarik. Untuk itu pihaknya yakin operator lain dapat melanjutkan pengembangan tersebut.
Yang jelas, kata Soenitha, saat ini Chevron bersama pemerintah dan calon mitra potensial terus menjalin kordinasi untuk pengembangan Blok IDD itu.
Sumber Kontan.co.id juga menyampaikan, bahwa rencana keluarnya Chevron dari Blok IDD sudah dibahas sejak awal tahun. Hanya saja, pihak dari Chevron masih menggantung niatnya untuk hengkang kepada pemerintah. Alhasil, pemerintah dalam hal ini SKK Migas belum memiliki kepastian. Sambil ini berjalan, sudah ada nama perusahaan potensial yang akan mengganti Chevron di Blok tersebut.
Baca Juga: Inpex optimistis proyek LNG abadi dan pengembangan di Blok Masela bakal terus lanjut
Tanggapan SKK Migas
Asal tahu saja, dalam proyek IDD ini, Chevron bertindak sebagai operator dan pemegang saham mayoritas sebesar 63%. Chevron menggarap proyek migas di laut dalam ini bersama dengan mitra lainnya, yaitu ENI, Tip Top, PT Pertamina Hulu Energi dan para mitra Muara Bakau.
Adapun, pengembangan tahap II meliputi pengembangan lapangan Gendalo-Gehem. Sedianya direncanakan pengembangan dua hub terpisah dimana Gendalo dan Gehem bakal memiliki Floating Production Unit (FPU) untuk tiap lapangan.
Produksi gas lapangan Gehem semula diproyeksi akan mencapai 420 juta kaki kubik per hari (mmscfd), sedangkan produksi Gendalo sebesar 700 mmscfd. Belum lagi adanya produksi kondensat yang dihasilkan Gendaho-Gehem yang mencapai sekitar 50.000 barel per hari.
Dikonfirmasi terpisah Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih mengungkapkan pihaknya memang masih menanti info resmi dari Chevron. Padahal, SKK Migas telah menyurati Chevron terkait permintaan penjelasan minat Chevron di tahap II IDD. "Surat baru dikirimkan pekan ini, jadi butuh waktu untuk menunggu jawabannya," jelas Susana, Kamis (23/7).
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, pihaknya selama ini terus mendesak CPI soal kepastian melanjutkan pengelolaan Blok Indonesia Deepwater Development (IDD). "Kita sudah mendesak Chevron, posisinya kami masih tunggu laporan Chevron. Tentu saja ini tidak boleh berlarut-larut," terang Dwi, Jumat (17/7).
Dwi bahkan mengungkapkan, ada pihak-pihak yang tertarik untuk masuk dalam pengelolaan Blok IDD tahap II ini. Kendati demikian ia belum mau merinci lebih jauh soal hal tersebut. Menurutnya, proses kepastian yang berlarut-larut bakal mempengaruhi evaluasi keekonomian proyek.
Ia memastikan, proses tindak lanjut pengembangan Blok IDD juga mengalami hambatan dengan adanya pandemi covid-19. "Memang sehubungan dengan covid-19 ini dimana segala kegiatan review dan upaya untuk melihat tindak lanjut di proyek IDD juga agak sedikit terhambat, evaluasi keekonomian juga terganggu," jelas Dwi.
Kendati demikian, baik Chevron maupun SKK Migas belum mau merinci seputar calon-calon mitra potensial yang tertarik dalam pengembangan IDD tahap II.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News