kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   19.000   0,99%
  • USD/IDR 16.330   14,00   0,09%
  • IDX 7.345   -53,46   -0,72%
  • KOMPAS100 1.030   -14,36   -1,37%
  • LQ45 782   -6,67   -0,85%
  • ISSI 245   -3,19   -1,29%
  • IDX30 405   -3,55   -0,87%
  • IDXHIDIV20 467   0,58   0,12%
  • IDX80 116   -1,36   -1,15%
  • IDXV30 118   -0,58   -0,49%
  • IDXQ30 130   -0,02   -0,02%

Ada Tarif Trump, Industri Sarung Tangan RI Bidik Perluasan Pasar Ekspor


Selasa, 22 Juli 2025 / 05:50 WIB
Ada Tarif Trump, Industri Sarung Tangan RI Bidik Perluasan Pasar Ekspor
ILUSTRASI. Sarung tangan Shamrock produksi PT Maja Agung Latexindo Tbk.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) dan perjanjian kerja sama komprehensif Indonesia dan Uni-Eropa (IEU-CEPA) menjadi perhatian bagi industri manufaktur berorientasi ekspor. Tak terkecuali bagi industri sarung tangan.

Presiden AS Donald Trump menurunkan pengenaan tarif untuk produk asal Indonesia dari 32% menjadi 19%. Sementara itu, pemerintah Indonesia berupaya mempercepat terjadinya kesepakatan IEU-CEPA, yang diharapkan dapat membuka peluang bisnis yang lebih luas.

Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) Ridwan Goh melihat penurunan tarif resiprokal AS bisa membawa sentimen positif bagi industri sarung tangan Indonesia.

Meski produksi cetakan sarung tangan MARK tidak terdampak secara langsung, tapi kebijakan ini berpeluang meningkatkan daya saing produk Indonesia dibandingkan negara lain yang masih dikenakan tarif tinggi.

Baca Juga: Industri Sarung Tangan Bidik Perluasan Ekspor dari Penurunan Tarif Trump & IEU-CEPA

MARK mengandalkan pasar ekspor untuk menopang kinerja penjualan. Berkaca dari kinerja kuartal I-2025, MARK mengantongi penjualan ekspor sebesar Rp 173,80 miliar atau setara 85,60% dari total penjualan MARK selama tiga bulan pertama 2025 sebesar Rp 203,03 miliar.

Ridwan mengungkapkan, mayoritas penjualan ekspor MARK ditujukan ke kawasan Asia seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan China. Negara-negara tersebut merupakan basis utama industri sarung tangan global, yang menjadi pelanggan utama produk cetakan MARK. 

 

Produsen sarung tangan lainnya, PT Haloni Jane Tbk (HALO) sedang gencar memperluas penjualan ekspor. Pada kuartal I-2025, kontribusi ekspor melonjak signifikan sebesar 1.168,70% (yoy) dari Rp 1,31 miliar menjadi Rp 16,62 miliar.

Penjualan ke pasar ekspor setara dengan 32,51% dari total penjualan HALO sebesar Rp 51,11 miliar pada kuartal I-2025.

Direktur Haloni Jane, Taufan Kurniawan mengungkapkan saat ini ekspor HALO lebih dominan kepada negara-negara di luar AS, yakni ke Amerika Latin terutama Brazil, Uni Emirat Arab dan Korea Selatan.

Baca Juga: IRGMA Yakin Perpanjangan HGBT Akan Mengangkat Kinerja Industri Sarung Tangan Karet

Meski begitu, HALO menyambut positif adanya penurunan tarif resiprokal dari AS.

"Penurunan tarif resiprokal akan membantu HALO serta pelaku usaha lainnya di Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara-negara Asia lainnya," ungkap Taufan kepada Kontan.co.id, Senin (21/7).

Sementara itu, PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI) menjadikan AS sebagai pasar ekspor utama dengan kontribusi sekitar 90%. Dus, SURI berharap penurunan tarif resiprokal AS dari 32% menjadi 19% bisa membawa dampak positif.

Direktur Maja Agung Latexindo, Engel Stefan menyampaikan optimisme SURI untuk tetap bertahan, bahkan merambah pangsa pasar meski dengan adanya tarif resiprokal.

Baca Juga: Penundaan Revisi Permendag 8/2024 Dikhawatirkan Berdampak pada Industri Tekstil

Engel memproyeksikan kebijakan tarif resiprokal ini tidak berdampak signifikan terhadap ekspor SURI ke AS.

"SURI telah lebih dari 30 tahun secara konsisten melakukan ekspor ke AS, dan selama itu kami mampu menjaga kepercayaan konsumen dan terus melakukan ekspansi pasar di AS," ungkap Engel.

Peluang dari IEU-CEPA

Tak hanya tergantung ke pasar AS, SURI pun ingin memperluas ekspor ke negara lainnya, termasuk ke kawasan Eropa. Dus, Engel pun melirik peluang dari upaya pemerintah mempercepat realisasi IEU-CEPA.

"Perseroan cukup antusias menunggu implementasi dari kerja sama Indonesia dan Eropa. Hal yang diharapkan di antaranya keringanan, bahkan jika dimungkinkan pembebasan tarif ekspor terhadap produk-produk kesehatan dan kemudahan birokrasi untuk melakukan ekspor," terang Engel.

Taufan menyampaikan hal senada, yang berharap adanya keringanan hingga pembebasan tarif ekspor untuk produk kesehatan (medical equipment). Sebab, sejauh ini produk HALO lebih dominan digunakan untuk bidang kesehatan (medical gloves).

MARK turut mencermati perkembangan implementasi IEU-CEPA secara bertahap. Saat ini, kontribusi penjualan ke pasar Eropa belum signifikan.

Baca Juga: Tarif Impor AS Bikin Waswas, Apindo Desak Pemerintah Beri Keringanan Industri Tekstil

Dengan begitu, Ridwan mengungkapkan adanya potensi pengembangan pasar di Eropa, meski fokus utama MARK tetap menjaga dan mengoptimalkan pasar yang sudah ada.

Tak hanya ke pasar ekspor, Ridwan menyoroti potensi pengembangan di dalam negeri. Menurut Ridwan, kebutuhan terhadap sarung tangan baik untuk sektor medis, industri, maupun makanan terus meningkat, terutama di negara dengan populasi besar seperti Indonesia. 

"Kondisi ini menciptakan peluang positif bagi perluasan pasar lokal, khususnya untuk produk penunjang seperti cetakan sarung tangan," tandas Ridwan.

Selanjutnya: Pinjaman Industri Pindar Tembus Rp 82,59 T, Simak Daftar Pinjol Resmi OJK Juli 2025

Menarik Dibaca: Bunga Telang Ternyata Punya Banyak Manfaat lo, Ini Dia Khasiatnya untuk Kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×