kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Apindo sebut industri perbankan akan dominasi aksi merger dan akuisisi tahun 2020


Jumat, 03 Januari 2020 / 20:43 WIB
Apindo sebut industri perbankan akan dominasi aksi merger dan akuisisi tahun 2020


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan sektor perbankan akan mendominasi proses merger dan akuisisi tahun 2020. Hal ini didasarkan pada regulasi pemerintah yang memaksa perbankan nasional melakukan merger.

Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani nengatakan, sementara industri di luar perbanakn relatif tidak terlalu banyak melakukan merger dan akuisisi. "Kalau yang lain belum tentu kalaupun ada kemungkinannya kecil," kata Hariyadi kepada kontan.co.id pada Jumat (03/01).

Baca Juga: Bisnis tertekan, merger dan akuisisi di sektor tambang minim

Perlu diketahui, merger dan akuisisi merupakan salah satu bentuk aksi korporasi yang merujuk pada konsolidasi perusahaan atau aset.

Pada 2019 nilai aksi korporasi berupa merger dan akuisisi  di dunia di nilai anjlok, hal ini dipicu meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang membuat banyak perusahaan mempertimbangkan kesepakatan merger dan akuisisi.

Di sisi lain, pengawasan regulasi terhadap kesepakatan merger dan akuisisi membuat banyak pimpinan dan dewan perusahaan waspada melakukan ekspansi di luar pasar asal mereka.

Merger dan akuisisi  mengalami penurunan 25% secara year on year (yoy) menjadi US$ 1,2 triliun sepanjang tahun lalu. Menurut data Refinitiv yang dimuat Reuters, nilai ini turun ke level terendah sejak tahun 2013.

Baca Juga: Merger dan akuisisi lintas negara turun 25% yoy sepanjang 2019, kenapa?

Bila dibandingkan dengan tahun lalu, Haryadi menyebut, kalau untuk perbankan tekanannya akan lebih besar karena regulasi. Ia menambahkan bila dibandingkan dengan tren global, tahun ini kemungkinan M&A lebih banyak di di sumbang dari Amerika dan China karena M&A lebih dipacu oleh ekspansi.

"Kalau di Indonesia lebih karena regulasi," katanya.

Pada tahun ini di Asia, perlambatan ekonomi China menyebabkan volume merger dan akuisisi di negara itu turun 14% YoY menjadi US$ 380,3 miliar, sementara kekacauan politik yang dipicu oleh gejolak pro-demokrasi Hong Kong membuat para pembuat kesepakatan di wilayah yang lebih luas itu gelisah.

Di Inggris, pasar merger dan akuisisi terbesar di Eropa, kesepakatannya turun 4%yoy menjadi US$ 220,6 miliar, dengan sebagian besar tahun didominasi oleh debat politik tentang kapan dan bagaimana Inggris akan meninggalkan Uni Eropa.

Baca Juga: Efek perang dagang, nilai akuisisi perusahaan China di luar negeri merosot tajam

"Ketidakpastian pasar di Inggris telah mendukung dana ekuitas swasta, yang telah sangat aktif dan telah melakukan sejumlah kesepakatan take-private, termasuk Merlin Entertainments, Sophos dan Cobham," kata Cyrus Kapadia, kepala eksekutif Lazard Ltd operasi Inggris.

Sementara Amerika Serikat menyumbang hampir setengah dari volume merger dan akuisisi global pada 2019. Adapun nilai merger dan akuisisi AS yang diumumkan senilai US$ 1,8 triliun. naik 6% dari tahun lalu.

“Mega-deal adalah fitur utama dari pembuatan kesepakatan tahun ini, terutama di Amerika Serikat, di mana sebagian besar transaksi ini terjadi,” kata co-head global M&A Goldman Sachs Group Inc (GS.N) Gilberto Pozzi.

Baca Juga: Para miliarder yang murah hati di 2019: Warren Buffett sumbang US$ 3,6 miliar

Haryadi mengatakan, untuk nilai transaksi merger dan akuisisi di tahun ini susah di prediksi. "Contohnya Bank Muamalat seharusnya harus ada corporate action karena modalnya ditambah, dasarnya belum ada yg muncul," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×