Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten terafiliasi investor kawakan Lo Kheng Hong, PT Intiland Development Tbk (DILD) akan memanfaatkan sejumlah aset lahan dan propertinya untuk menggarap sektor pertanian. Dalam aksi ini, DILD menggandeng perusahaan asal Korea Selatan, Saltware Co. Ltd. untuk mengembangkan pertanian cerdas (smart farming).
Founder sekaligus Direktur Utama Intiland Development, Hendro S. Gondokusumo, mengungkapkan kolaborasi pengembangan smart farming dengan Saltware ini menjadi bagian dari strategi pertumbuhan usaha DILD. Melalui kerja sama ini, DILD dapat meningkatkan nilai aset dari lahan maupun bangunan yang dimiliki.
Ekspansi ini juga menjadi kontribusi Intiland mendukung program pemerintah memperkuat ketahanan pangan.
Baca Juga: Lo Kheng Hong Hingga Sukarto Bujung Bicara Soal Investasi Saham Jelang Pemilu
"Bisnis utama Intiland tetap di sektor properti. Kerja sama ini lebih sebagai bentuk komitmen kami untuk memperkuat ketahanan pangan melalui pemanfaatan teknologi, sekaligus untuk meningkatkan nilai aset dari lahan dan bangunan yang kami miliki selama ini,” ungkap Hendro, Jum'at (5/1).
DILD bersama Saltware telah menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) pada Jum'at (5/1). Penantanganan MoU tersebut turut disaksikan oleh Kepala Staf Presiden sekaligus Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Moeldoko.
Founder & CEO of Saltware, Lee Jeong Kun, meyakini budidaya tanaman bernilai tinggi seperti stroberi di Indonesia dapat menggunakan smart farming, metode pertanian yang dikombinasikan dengan teknologi IT Korea. Sebagai langkah awal, Saltware bersama DILD akan segera memulai tahap pembibitan stoberi.
Baca Juga: Cermati Saham Pilihan para Investor Kakap Jelang Pemilu 2024
Sebagai informasi, Saltware merupakan perusahaan asal Korea Selatan yang bergerak di bidang teknologi dengan portofolio meliputi cloud service, infrastructure service, enterprise portal, dan digital farming. Saltware mengembangkan pertanian dengan menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) yang terintegrasi.
Salah satu layanan usaha dari Saltware adalah pengembangan teknologi untuk smart farming melalui perangkat lunak kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI). “Jika budidaya percobaan berhasil, kami berencana untuk memperkenalkan standar model smart farming stroberi ke Indonesia," ungkap Lee.
Teknologi ini membantu petani memantau kondisi lingkungan secara real-time, juga mendukung konservasi sumber daya air yang penting dalam daerah beriklim panas. Kemitraan dengan Intiland diharapkan dapat meningkatkan penetrasi serta proses alih daya teknologi ke kawasan Asia Tenggara, terutama di Indonesia.
Baca Juga: Intiland (DILD) Tawarkan Hunian Rp 700 Jutaan untuk Gen Z
Hanya saja, kerja sama ini masih dalam tahap awal, sehingga belum tergambar terkait nilai investasi maupun kontribusi terhadap kinerja DILD ke depannya. Sekretaris Perusahaan Intiland Development Theresia Rustandi menyampaikan pengembangan smart farming ini sebagai inisiatif DILD untuk memanfaatkan aset agar lebih produktif.
Saat ini, DILD bersama Saltware sedang mengkaji aset atau proyek properti mana saja yang cocok untuk pembibitan dan pengembangan smart farming. "Ada idealisme di sini, karena ketahanan pangan juga menjadi concern kami. Harapannya, ini juga bisa mengkapitalisasi nilai aset Intiland," kata Theresia.
MoU antara Intiland dan Saltware merupakan bagian dari proyek yang bertujuan untuk mempromosikan pertukaran teknologi pertanian antara Korea Selatan dan Indonesia. Tidak hanya stroberi, kerja sama bahan pangan di Indonesia dengan Saltware ke depannya juga akan dilakukan untuk tanaman padi dan jagung.
Kepala Staf Presiden sekaligus Ketua Umum HKTI, Moeldoko mengatakan kerja sama antara Intiland dan Saltware ini merupakan bagian dari tonggak baru pertanian di Indonesia.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham dan Campuran Tergerus, Berikut Prospeknya
Penerapan teknologi dalam menggarap pertanian diharapkan bisa meningkatkan produktivitas, lebih efisien, sekaligus menarik keterlibatan dari generasi muda.
"Image pertanian sering soal orang tua, alat seadanya, kemiskinan dan lahan yang semakin sempit. Jadi bagaimana pertanian bisa menarik anak muda. Smart farming bahkan bisa dilakukan di gedung, sangat efisien. Suhu, air, pupuk, pengendalian hama, bisa dikerjakan dan dimonitor dengan teknologi," tandas Moeldoko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News