Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat merangkak naik dalam dua bulan terakhir, Harga Batubara Acuan (HBA) mulai merosot terimbas pandemi Corona. Kementerian ESDM mematok HBA April 2020 sebesar US$ 65,77 per ton. Angka itu turun US$ 1,31 dari HBA Maret yang ada di angka US$ 67,08 per ton. Dengan adanya pandemi Corona, 2020 disebut-sebut menjadi tahun yang berat untuk bisnis batubara.
Sejumlah emiten batubara pun fokus untuk mengantisipasi dampak Corona terhadap kinerja perusahaan. Salah satu diantaranya ialah PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Baca Juga: Ini cara Indocement (INTP) mempertahankan margin di tengah pelemahan rupiah
Head of Corporate Communication ADRO Energy Febriati Nadira mengungkapkan, setiap unit bisnis ADRO telah menyiapkan rencana manajemen krisis dan mengambil langkah pencegahan yang diperlukan untuk memastikan tidak ada gangguan terhadap kinerja perusahaan.
Febriati menjelaskan, harga batubara adalah faktor yang tidak dapat dikontrol. Meski demikian, katanya, ADRO berupaya mempertahankan kinerja yang solid melalui model bisnis yang terintegrasi. Menurutnya, hal tersebut membantu ADRO untuk tidak tergantung dengan fluktuasi harga batubara.
"Anak-anak perusahaan ADRO di keempat pilar utama terlibat dalam setiap bagian rantai pasokan batubara, sehingga perusahaan dapat mengontrol biaya, meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko pihak ketiga," kata Febriati kepada Kontan.co.id, Selasa (7/4).
Febriati mengungkapkan, dampak dari pandemi Corona seperti lockdown di India misalnya, belum berdampak terhadap penundaan ekspor sehingga pengiriman batubara masih berjalan sesuai jadwal.
Baca Juga: Catatkan laba di 2019, simak rencana Bumi Resources Minerals (BRMS) tahun ini
Apalagi, sambungnya, pasar atau negara tujuan ekspor batubara ADRO saat ini sudah cukup terdiversifiaksi, begitu juga dengan segmen bisnis yang terdiversifikasi dengan masuk ke coking coal dan pengembangan bisnis ketenagalistrikan.
Febriati bilang, saat ini ADRO belum mengubah panduan produksi. Bahkan, ADRO pun akan tetap melakukan kegiatan eksplorasi sesuai rencana yang telah dicanangkan perusahaan. "Dan akan terus fokus terhadap upaya peningkatan keunggulan operasional, pengendalian biaya dan efisiensi, serta eksekusi strategi demi kelangsungan bisnis," ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh manajemen PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengatakan, penurunan harga acuan belum berdampak terhadap produksi dan ekspor BUMI.
Sebab, harga batubara saat ini masih ada dalam rentang harga yang telah diantisipasi oleh BUMI. "Tidak ada dampak, ekspor dipantau dengan cermat. Harga batubara sekitar US$ 66 per ton meski tidak ideal tapi berada dalam kisaran ekspektasi pasar sekitar US$ 70 per ton untuk tahun ini," jelas Dileep kepada Kontan.co.id, Selasa (7/4).
Baca Juga: HBA April mulai merosot akibat corona, APBI: Demand batubara masih bagus hingga Mei
Menurut Dileep, realisasi kinerja operasional batubara BUMI saat ini naik tipis dibanding kinerja di tahun lalu. Sebagai gambaran, dalam catatan Kontan.co.id, pada Januari dan Februari, BUMI mampu menjual 14,3 juta ton batubara.
Volume penjualan itu tumbuh 7,8% secara tahunan pada periode yang sama, dari sebelumnya 13,1 juta ton. Adapun pada tahun ini kapasitas produksi BUMI ditargetkan mencapai 90 juta-95 juta ton. Kendati begitu, melihat kondisi pandemi Corona seperti sekarang, Dileep menyebut bahwa BUMI akan melakukan review kinerja operasional pada akhir bulan ini.
Bukan tak mungkin, dalam review tersebut terdapat penyesuaian yang diperlukan. "Kami akan me-review kinerja operasional akhir bulan ini. Targetnya adalah menjaga produksi tetap normal," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News