kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebijakan pemberantasan truk ODOL akan membuat harga keramik naik di 2023


Senin, 16 Maret 2020 / 17:14 WIB
Kebijakan pemberantasan truk ODOL akan membuat harga keramik naik di 2023
ILUSTRASI. keramik . KONTAN/Muradi/2017/02/16


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) mengungkapkan jika program pemberantasan truk Over Dimension dan Over Loading alias ODOL resmi diimplementasikan di 2023, siap-siap saja harga keramik bakal naik. 

Ketua Umum Asaki Edy Susanto mengapresiasi langkah pemerintah yang menunda implementasi zero ODOL yang awalnya akan efektif di 2021 diundur menjadi Januari 2023. 

Baca Juga: Respon Permintaan Pasar, Arwana Citramulia Akan Memproduksi Keramik Kelas Atas

"Hal ini merupakan langkah yang tepat mengingat kondisi perekonomian domestik maupun global yang penuh ketidakpastian, ditambah lagi dengan dampak Covid-19. Tentu harus mempertimbangkan faktor daya saing industri keramik saat ini," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (16/3). 

Persoalannya, implementasi kebijakan zero ODOL ini akan berdampak pada daya saing industri terhadap gempuran produk impor. Edy menyatakan porsi ongkos angkut atau biaya pengiriman keramik sekitar 15% terhadap harga jual rata-rata keramik.

Ditambah lagi dengan kondisi saat ini yang diakui Edy produk lokal sudah kesulitan bersaing secara harga  jual apalagi mesti dikenai tambahan biaya pengiriman akibat Zero ODOL.

Edy menyatakan asosiasi tidak bisa berbuat banyak untuk mengantisipasi dampak berkaitan kebijakan  ODOL di 2023 selain hanya menaikkan harga jual kepada konsumen akhir. "Tidak mungkin dilakukan pengurangan ketebalan keramik sebab itu sama saja dengan mengurangi kualitas," tegasnya. 

Baca Juga: Intikeramik Alamasri (IKAI) harapkan pemerintah secepatnya turunkan harga gas

Edy mengungkapkan selama ini industri keramik hanya menggunakan dua moda transportasi yaitu lewat darat menggunakan truk. Adapun dalam memenuhi kebutuhan logistik jika kebijakan ini berjalan, untuk anggota Asaki saja dibutuhkan 2.000 truk baru. "Kekhawatiran terjadi kerusakan saat perjalanan membuat industri keramik lebih memilih menggunakan kendaraan truck dan kontaner disamping kereta api," ujarnya.

Selain menggunakan jalur darat, distribusi keramik juga menggunakan transportasi laut dengan Kontainer. Salah satu pertimbangan utamanya adalah produk keramik lebih rentan terhadap gangguan benturan atau goncangan di perjalanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×