Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Datangnya era new normal atau tatanan kehidupan baru yang ditandai dengan relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) bisa menjadi angin segar bagi kalangan dunia usaha. Inilah saatnya untuk memulihkan kinerja yang terpuruk akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Hal ini juga berlaku bagi pelaku industri minuman beralkohol (minol) di dalam negeri. Maklum saja, sebelumnya pembatasan aktivitas di sektor hotel, restoran, dan kafe (Horeka) mempersempit ruang gerak pelaku industri minol dalam memasarkan dan menjual produknya.
Kondisi ini dirasakan oleh PT Delta Djakarta Tbk (DLTA). Ronny Titiheruw selaku Direktur DLTA mengatakan, pihaknya tetap melakukan penjualan produk dengan kanal yang terbatas.
Baca Juga: Diageo: Pasar minuman beralkohol Indonesia butuh waktu panjang untuk pulih
“Kami hanya mengandalkan supermarket dan hypermarket saja,” kata Ronny saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (25/6).
Hal serupa juga turut dirasakan oleh PT Bali Hai Brewery Indonesia (BHBI) yang mengandalkan pasar ekspor mengimbangi penjualan di kanal on-premise seperti horeka yang terdampak oleh penerapan PSBB.
“Bali Hai Brewery Indonesia menyiasati situasi tersebut dengan mengapalkan produk ke Korea Selatan dan Rusia, karena umumnya permintaan di pasar mancanegara masih cukup baik,” ungkap Erwin Ruffin, Marketing Manager BHBI.
Praktis, ruang gerak penjualan yang terbatas berdampak pada volume penjualan produk minol. Dendy A. Borman, Corporate Relations Director Diageo Indonesia menyebutkan, volume penjualan para pemain minol di pasaran rata-rata turun sampai dengan 70% dibanding kondisi normal akibat turunnya daya beli masyarakat serta tidak beroperasinya kanal-kanal penjualan seperti restoran, kafe, dan lain-lain.
“Sebelumnya (di masa PSBB) konsumen mempunyai pilihan yang sangat terbatas dalam mengakses produk,” kata Dendy kepada Kontan.co.id, Jumat (26/6).
Kondisi serupa juga dirasakan oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). Sandra Pattenden, Direktur Keuangan MLBI bilang, penjualan minol MLBI tidak kebal dari efek gulir pandemi. Hal ini sudah tercermin pada kinerja perusahaan di tiga bulan pertama.
Baca Juga: Kena peringatan Kemendag gara-gara jualan minuman beralkohol, begini jawaban Blibli
Mengintip laporan keuangan interim perusahaan, penjualan produk alkohol MLBI tercatat turun 21,41% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp 528,68 miliar di kuartal I 2020.
Padahal, penjualan produk alkohol MLBI mampu mencapai Rp 761,75 miliar di kuartal I tahun sebelumnya. Akibatnya, total penjualan bersih MLBI merosot 17,64% yoy dari Rp 761,75 miliar di kuartal I 2019 menjadi Rp 627,35 miliar di kuartal I 2020.
“Ini akibat menurunnya pariwisata di Bali dan pembatasan di penjualan on trade sebagai bagian dari upaya menghambat penyebaran wabah (corona),” kata Sandra kepada Kontan.co.id, Jumat (26/6).
Maka dari itu, pemain industri minol tidak ingin melewatkan kesempatan yang ada. Pemain-pemain ini telah menyiapkan strategi untuk menangkap peluang pemulihan pasar pasca pelonggaran PSBB.
Diageo Indonesia misalnya, produsen minol yang dikenal melalui brand Smirnoff, Captain Morgan, dan Mr. Dowell’s ini bakal fokus melakukan inovasi-inovasi produk serta menggencarkan kegiatan pemasaran dengan menyasar konsumen yang sudah cukup umur, yakni berusia 21 tahun ke atas.
Salah satunya caranya ialah dengan meluncurkan program “First Drink on Us” disebanyak 50 outlet yang sudah diseleksi. Melalui program ini, Diageo Indonesia akan memberikan minuman pertama secara gratis bagi konsumen yang mengunggah 1 dari 4 koleksi produk highball Diageo seperti Johnie & Ginger, Johnie & Lemon, Johnie & Peach, serta Johnie & Green Tea.
Baca Juga: Bali Hai Brewer Indonesia harapkan angin segar dari relaksasi PSBB
Sementara itu, pemain lain seperti BHBI fokus membantu mitra distributor dan pelanggan, terutama yang baru kembali beroperasi untuk mengejar ketertinggalan dan memulihkan bisnis mereka.
Salah satu caranya ialah dengan menggelar kampanye brand bertajuk #DifotoDrafBeer. Melalui program kampanye ini, BHBI coba membantu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bidang kuliner untuk mempromosikan produk-produknya secara profesional. Hal ini tentunya dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.
Meskin begitu, Meski begitu, pelaku industri minol menyadari bahwa pemulihan pasar minol tidak akan berlangsung sekejap dalam waktu singkat. Ronny mengatakan, jumlah pengunjung hotel dan kafe terbilang masih sedikit. Melihat kondisi yang demikian, Ronny berharap dampak pemulihan pasar sudah bisa terasa di kuartal III dan IV tahun ini.
Baca Juga: Blibli diberi peringatan karena jualan minuman beralkohol secara online
“(Saat ini) belum kelihatan dampaknya karena sekarnag kan masih masa transisi, jumlah pengunjung hotel dan kafe juga masih sedikit,” tutur Ronny.
Sementara itu, Dendy menilai, sektor pariwisata Indonesia yang selama ini menjadi penopang penjualan minol masih akan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk pilih sepenuhnya.
“Melihat kondisi di negara-negara yang menjadi potensi wisatawan bagi Indonesia, kemungkinan situasi normal baru akan terjadi pada semester I 2021,” kata Dendy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News