Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga kebutuhan pokok tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda akan mengalami penurunan pasca lebaran tahun ini. Padahal pemerintah telah melakukan segala upaya, termasuk operasi pasar, dan menekan para pedagang dan pengusaha penggemukan sapi untuk menjual harga bahan kebutuhan pokok dengan harga murah.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam sepekan terakhir menjelang lebaran juga giat melakukan kunjungan pasar untuk memastikan harga di pasaran sesuai dengan keinginan pemerintah.
Namun upaya tersebut ternyata tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Harga kebutuhan pokok di pasaran tetap saja tinggi. Pemerintah dapat dikatakan gagal menekan harga pangan selama bulan ramadan dan saat lebaran tahun ini. Bahkan setelah lebaran pun, sejumlah harga kebutuhan pokok bertahan tinggi, malah beberapa mengalami kenaikan.
Berdasarkan hasil pantauan dan data Info Pangan Jakarta per 10 Juli 2016 harga sejumlah kebutuhan pokok melambung tinggi. Harga bawang merah menyentuh Rp 70.000 per kilogram (kg) di Pasar Minggu, dan rata-rata Rp 47.048 per kg di DKI.
Demikian juga harga bawang putih mencapai Rp 50.000 per kg dan rata-rata Rp 40.262 per kg. Harga daging sapi mencapai Rp 160.000 per kg dan rata-rata Rp 129.868 per kg dan harga cabai keriting mencapai Rp 65.000 per kg dan rata-rata Rp 39.024 per kg.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan harga kebutuhan pokok pasca lebaran saat ini memang tergolong tinggi. Ia mengatakan tingginya harga pangan pasca lebaran merupakan fenomena dalam lima tahun terakhir.
"Biasanya harga akan turun setelah lebaran, paling tahun lalu, hanya harga daging sapi saja yang tetap tinggi, tapi tahun ini harga bawang, dan cabai juga masih tinggi," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (10/7).
Abdullan mengatakan berdasarkan kajian sementara yang dilakukan Ikappi, penyebab tetap tingginya beberapa harga kebutuhan pokok setelah lebaran didasarkan pada permintaan yang masih tinggi.
Sebab biasanya pasca lebaran, stok kebutuhan rumah tangga juga ikut habis, sehingga konsumen kembali berbondong-bondong belanja ke pasar, sementara pada waktu bersamaan, sebagian besar pedagang masih libur. Artinya stok di pasaran terbatas.
Kendati begitu, Abdullan mengatakan kajian yang tengah dilakukan masih berlangsung, karena itu, ada kemungkinan penyebab tingginya harga pangan disebabkan kendala distribusi dan kurangnya stok pangan dari hulu.
Kalau yang terjdi kendala distribusi, kemungkinan besar disebabkan kurangnya tenaga kerja karena masih cuti lebaran. "Untuk itu, pemerintah harus turun tangan mengecek kendala tersebut dan memberikan solusi," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News