Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen ban melirik peluang untuk mendongkrak kinerja pada semester II-2025. Tapi, ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi oleh pelaku industri ban untuk menggenjot penjualan ekspor maupun di pasar dalam negeri.
Salah satu faktor yang bakal membayangi kinerja industri adalah pengenaan tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS). Dalam perkembangan terbaru, Presiden AS Donald Trump telah memangkas tarif untuk produk asal Indonesia dari 32% menjadi 19%.
Presiden Direktur PT Bridgestone Tire Indonesia, Mukiat Sutikno mengungkap penurunan tarif tersebut belum tentu memacu ekspor produk ban dari Indonesia ke AS. Bridgestone sendiri lebih memilih fokus untuk memperluas ekspor ke negara-negara potensial yang tidak memiliki hambatan ekspor yang signifikan.
"Apakah (penurunan tarif Trump) dari 32% ke 19% bisa lebih baik? sekarang kami belum bisa memberikan judgement terlebih dulu. Apakah ini akan menambah peluang untuk ke pasar AS? belum tentu. Bridgestone coba melihat ekspor lebih ke negara-negara lain, khususnya Asia Pasifik bagaimana bisa kami tingkatkan," ungkap Mukiat saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (17/7).
Baca Juga: Bridgestone Kejar Pertumbuhan Produksi dan Penjualan Ban hingga 7% pada 2025
Mukiat memberikan gambaran, ekspor berkontribusi sekitar 25% terhadap total penjualan Bridgestone Indonesia. Ekspor ban Bridgestone telah menjangkau ke lebih dari 70 negara. Meski tak merinci, tapi Mukiat mengungkapkan porsi ekspor ke pasar AS tidak signifikan.
Hanya saja, Bridgestone tetap mencermati kebijakan tarif resiprokal AS, terutama dampaknya terhadap industri. "Yang dikhawatirkan di bisnis itu adalah efek domino. Jadi kalau satu sektor kena, kemudian dampaknya bisa ke sektor-sektor lainnya," imbuh Mukiat.
Presiden Direktur PT Hankook Tire Sales Indonesia, Bartek Byunghak Choi turut melihat dampak tarif resiprokal AS terhadap kinerja ekspor Hankook relatif tidak signifikan. Sebab, secara global Hankook telah memiliki fasilitas produksi di beberapa benua, termasuk di Amerika.
Dengan begitu, distribusi untuk pasar AS tidak sepenuhnya bergantung pada ekspor dari Indonesia. Hankook pun telah meningkatkan kapasitas produksi di pabrik yang berlokasi di Tennessee, AS. "Strategi ini meminimalkan risiko terhadap dinamika kebijakan perdagangan global, termasuk tarif impor," ungkap Byunghak.
Di sisi lain, Hankook Tire Indonesia melirik peluang dari perjanjian dagang komprehensif dengan Uni-Eropa alias Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Kerja sama ini membuka potensi yang lebih lebar untuk memperkuat ekspor ke pasar Eropa.
"Tentu ini menjadi peluang besar bagi Hankook Tire Indonesia, terutama untuk produk-produk high performance yang sesuai dengan standar dan permintaan Eropa," kata Byunghak.
Pasar ekspor mendominasi penjualan Hankook dengan kontribusi sekitar 89%, yang menjangkau 32 negara termasuk AS, Italia, Meksiko, Malaysia, Jepang, Rusia, Swedia, Maroko, Turki dan Vietnam. Sedangkan kontribusi dari pasar domestik sekitar 11%.
Baca Juga: Asosiasi dan Produsen Ban Ungkap Tantangan dan Peluang Industri Ban pada 2025
Melirik Pasar Domestik
Byunghak memandang peluang untuk mendongkrak kinerja pada semester II-2025 masih terbuka. Berkaca dari semester I-2025, Byunghak mengklaim penjualan Hankook melonjak sekitar 130% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan tersebut mencerminkan efektivitas strategi operasional dan pemasaran Hankook, serta permintaan pasar yang masih tumbuh. Khususnya di segmen kendaraan listrik alias Electric Vehicle (EV) dan kendaraan penumpang.
"Kami optimistis tren positif ini akan terus berlanjut di semester kedua, seiring dengan penguatan permintaan global dan lokal, serta dukungan dari fasilitas produksi," ungkap Byunghak.
Adapun, kapasitas pabrik Hankook Tire di Cikarang mampu memproduksi hingga 10 juta - 11 juta ban, dengan estimasi total volume mencapai 130.000 ton per tahun. Hankook ingin menjaga performa penjualan pada level dobel digit untuk segmen Pasanger Car Radial (PCR) dan Truck Bus Radial (TBR).
Sementara itu, penjualan ban Bridgestone didominasi oleh pasar dalam negeri dengan porsi sekitar 75%. Mukiat memberikan gambaran penjualan ban ke segmen kendaraan penumpang atau kategori mobil kecil (consumer product) masih mampu tumbuh sekitar 5%. Namun untuk segmen komersial, Mukiat mencatat penjualan pada semester I-2025 masih 5% - 7% lebih rendah dari perkiraan.
Kondisi ini disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk perlambatan permintaan dari segmen pertambangan batubara dan bus. Di sisi yang lain, Mukiat juga menyoroti penurunan penjualan pada sektor otomotif.
Baca Juga: Tarif Impor Balasan dari AS Ancam Ekspor Karet Nasional,Industri Ban Paling Terdampak
Mukiat berharap pemerintah bisa menerbitkan kebijakan, termasuk pemberian insentif yang bisa kembali menggairahkan pertumbuhan industri dan konsumsi. "Secara peluang, kami harapkan semester kedua ini ekonomi Indonesia lebih baik, pemerintah bisa lebih menstimulasi pasar," ungkap Mukiat.
Di tengah penurunan penjualan otomotif, Bridgestone tidak hanya mengandalkan segmen pabrikan atau Original Equipment Manufacturer (OEM). Bridgestone juga memacu segmen after market atau pergantian ban. Terutama pada kuartal IV-2025 seiring dengan momentum libur panjang pergantian tahun.
Sebagai strategi memperkuat penjualan di dalam negeri, Bridgestone menggelar ekspansi di luar kota-kota besar. "Mulai tahun ini kami ekspansi ke beberapa area tier-2 dan 3 dengan Tomo Express sehingga lebih bisa menjangkau ke customer di daerah," tandas Mukiat.
Selanjutnya: Kinerja Unitlink Saham Tertekan di Juni 2025, Allianz Life Beberkan Prospeknya
Menarik Dibaca: Jawab Kebutuhan Wanita, Kérastase Luncurkan Produk Perawatan Rambut Gloss Absolu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News