kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dinilai rumit, SNI mainan sepi peminat


Selasa, 07 Oktober 2014 / 10:52 WIB
Dinilai rumit, SNI mainan sepi peminat
ILUSTRASI. Pada 1 Juli 2023 secara legal penggabungan Telkomsel dan IndiHome ditargetkan sudah bisa selesai.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Penerapan Wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk industri mainan anak ternyata kurang mendapatkan respons dari pelaku industri. Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI) bilang, baru 20% anggotanya yang mengantongi label SNI. 

Danang Sasongko, Ketua APMETI bilang, rumitnya administrasi dan biaya mahal, menjadi alasan pengurusan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI. "Kami siap spesifikasi teknis, bahan baku. Tapi di proses administrasi kami kesulitan," kata Danang pada KONTAN, Senin (6/10).

Untuk mendapatkan SPPT SNI ada tahapan yang harus dilalui. Pertama, produsen mainan anak harus mengantungi Tanda Dasar Industri (TDI). Kedua, melakukan pengujian produk di laboratorium Sucofindo atau laboratorium rujukan lain. 

Namun untuk mendapat TDI, industri mainan anak harus melengkapi persyaratan seperti HO (kajian kelayakan lingkungan) dan Izin mendirikan Bangunan (IMB).

Jika TDI sudah di kantong, pelaku industri harus merogoh kocek Rp 2,5 juta per produk untuk uji laboratorium. Jika ada 20 produk mainan anak, dana yang dipersiapkan adalah Rp 50 juta. 

Belum cukup sampai disitu, agar proses uji lab bisa dilakukan, pelaku industri harus punya kapasitas produksi minimal 600 unit mainan per bulan. Danang bilang, rumitnya pengurusan SNI membuat anggotanya butuh waktu berbulan-bulan mengurusnya. "Kami minta prosesnya dipermudah," kata Danang.

Untuk diketahui, tanggal 1 November nanti, produk mainan anak sudah wajib ada label SNI. Ramon Bagun, Direktur Industri Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian bilang, pihaknya optimistis industri mainan bisa memproduksi mainan sesuai SNI. "Kami sudah sosialisasi 6 bulan,” kata Ramon.

Soal keluhan Danang, Ramon membantahnya. Ia menilai, pengurusan SPPT SNI tidaklah sulit. "Gampang kok, tinggal daftar, nanti diperiksa petugas dan kalau memang penuhi standar kami kasih SNI. Mereka saja yang malas mengurus," kilah Ramon.

Ramon mencatat, ada 110 pelaku usaha mainan yang telah mengantongi SNI. Sayangnya, Ramon tidak mengetahui detail siapa penerima SPPT SNI tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×