kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.587.000   -7.000   -0,44%
  • USD/IDR 16.370   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.155   47,14   0,66%
  • KOMPAS100 1.057   5,10   0,48%
  • LQ45 832   4,41   0,53%
  • ISSI 214   1,71   0,81%
  • IDX30 429   2,76   0,65%
  • IDXHIDIV20 512   2,62   0,51%
  • IDX80 121   0,63   0,53%
  • IDXV30 124   0,17   0,14%
  • IDXQ30 141   0,95   0,68%

Pondok Cabe dapat restu menjadi bandara umum


Jumat, 12 Februari 2016 / 11:14 WIB
Pondok Cabe dapat restu menjadi bandara umum


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Rencana Garuda Indonesia bersama PT Pelita Air Service mengomersialkan bandara Pondok Cabe dengan pesawat baling baling mendapat lampu hijau. Hanya saja, agar lalulintas tidak mengganggu bandara Halim Perdanakusuma, pengelolaan bandara ini disatukan dengan Bandara Halim.

"Bisa dilakukan tapi dengan catatan pengelolaan bandara Pondok Cabe harus jadi satu dengan bandara Halim," ungkap Novie Riyanto, Direktur Navigasi Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan kepada KONTAN, Kamis (11/2).

Kesimpulan ini adalah hasil dari rapat sementara yang dilakukan pihak terkait pada Rabu malam (10/1). Menurut  Novie, menambahkan kebijakan ini bertujuan untuk  menghindari persinggungan area udara dengan bandara Halim Perdanakusuma.

Untuk itu Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menyarankan pengelolaan kedua bandara disatukan dibawah PT Angkasa Pura II. Adapun penyatuan pengelolaan menyangut pengaturan lalu lintas udara dan pendaratan.

Sementara itu, untuk posisi Bandara Pondok Cabe dengan Bandara Soekarno Hatta dan bandara Budiarto di Curug, Novie bilang, justru posisi ruang udara Pondok Cabe relatif aman. Namun hal ini dengan catatan, pesawat dari Pondok Cabe tidak boleh bermanuver ke arah Timur.

Tapi, solusi ini bakal menyebabkan konsekuensi baru, yakni bandara Pondok Cabe tidak lagi bisa menjadi bandara eksklusif untuk Garuda Indonesia alias terbuka untuk umum. Artinya, maskapai lain yang memiliki pesawat baling-baling boleh terbang dan mendarat dari bandara ini. Sebaliknya Garuda juga boleh terbang dari Halim. "Ini masih harus dirapatkan lagi dengan Angkasa Pura II dan TNI AU. Minggu depan ada pertemuan untuk membahas persoalan teknis," katanya.

Menanggapi solusi ini, Arif Wibowo, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk mengaku tak keberatan dengan peluang masuknya maskapai lain di Pondok Cabe. Hanya saja ia tetap meminta agar Garuda Indonesia dan Pelita Air sebagai pihak yang menginisiasi rencana ini mendapatkan prioritas pemerintah.

Ia berharap, kedua maskapai ini bisa menjadi maskapai pertama yang masuk tatkala Pondok Cabe dibuka untuk umum. "Jangan kami berusaha keras tapi kami tidak dapat apa-apa,"  pintanya.

Sementera itu maskapai Wings Air yang juga mengoperasikan pesawat baling-baling mengaku masih mengkaji untuk terbang dari Pondok Cabe.

Redi Irawan, Direktur Operasi Wings Air bilang pihaknya harus melihat permintaan pasar. Seperti kemudahan akses Pondok Cabe bagi penumpang. Selama ini sebagai maskapai feeder dari Lion Group, Wings Air hanya memiliki hub di Medan Sumatra Utara, Balikpapan Kalimantan Timur, dan Ambon, Maluku.

Tingkat keselamatan

Meskipun pondok Cabe ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi trafik di Bandara Soekarno Hatta dan Halim, namun pemerintah perlu mempertimbangkan tingkat keselamatan penerbangan.

Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menilai, Kementerian Perhubungan perlu memberi pertimbangan matang soal komersialisasi bandara Pondok Cabe ini. Soalnya, areal Pondok Cabe relatif sempit dan akses menuju bandara kurang baik. "Bandara ini sangat terbatas. Instrumen pendaratannya pakai apa? Mau terbang malam tidak bisa," terangnya.

Belum lagi jika benar Angkasa Pura II bakal mengelola Pondok Cabe bersama Halim yang bisa menimbulkan konflik. Bila dalam pengoperasian tidak berlaku adil dan rata. Ia mengambil contoh di Halim yang masih berbagi antara komersial dan TNI AU.

Namun, Gerry melihat meskipun di sekitar bandara Pondok Cabe jadi permukiman padat, keselamatan penerbangan di bandara ini sudah dipikirkan dengan matang oleh pembuat bandara yakni PT Pelita Air Services.

Hanya saja, yang perlu jadi pertimbangan adalah skala kepraktisan dan keekonomian jika bandara ini menjadi bandara umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×