kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor asing tergoda manis bisnis coklat


Jumat, 05 September 2014 / 10:40 WIB
Investor asing tergoda manis bisnis coklat


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Investor asing tergiur menikmati manisnya bisnis coklat atau kakao di Indonesia. JB Foods asal Malaysia berniat memperbesar produksi olahan kakao di Indonesia. Perusahaan ini kini menguasai 80% saham perusahaan pengolah kakao PT Jebe Koko, dari tangan anak usahanya sendiri, JBC Cocoa.

Pabrik bahan baku coklat PT Jebe Koko berlokasi di kawasan Industri Maspion, Gresik, Jawa Timur. Pabrik  ini memproduksi 30.000 ton olahan kakao per tahun. 

Agar produksi naik, JB Foods berencana ekspansi pabrik dengan investasi US$ 20 juta–US$ 23 juta. Pieter Jasman, Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) kepada KONTAN Rabu (3/9) bilang, JB Foods akan ekspansi mendirikan pabrik kedua di Jawa Timur

JB Foods juga ingin mensinergikan bisnis kakaonya yang ada di Indonesia dengan yang ada di negara lain. Karena itu, pabrik JB Foods di Indonesia itu akan menyasar pasar ekspor. Sebagai gambaran, pertumbuhan pasar produk olahan kakao global naik 3%-4% per tahun. 

Berdasarkan catatan KONTAN, selain JB Food setidaknya ada enam investor asing yang menggelontorkan dananya di bisnis ini di Indonesia. (lihat tabel). Berry Callebaut beroperasi di Makassar dan telah menggelontorkan investasi US$ 30 juta. Begitu pula dengan Mars yang beroperasi di Makassar. Sedangkan Olam akan beroperasi 2016 dengan investasi US$ 61 juta untuk target produksi 60.000 ton. 

Adapun Asia Cocoa menginvestasikan US$ 30 juta di Batam untuk pabrik berkapasitas 120.000 ton per tahun. Adapun Cargill berinvestasi US$ 100 juta untuk memproduksi 70.000 ton per tahun.

Ada tiga alasan investor asing minat investasi di industri olahan kakao di Indonesia. Pertama, bahan baku tersedia banyak. Kedua, adanya kebijakan bea keluar ekspor bijih kakao sejak 2010. Ketiga, industri turunan makanan yang notabene adalah industri hilir olahan kakao seperti biskuit, roti, meses dan lainnya.

Saat ini kapasitas terpasang industri pengolahan kakao Indonesia 800.000 ton per tahun. Namun, baru terpakai 400.000 ton per tahun. 

Hasil produksi olahan kakao kebanyakan di ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa dengan jumlah 330.000 ton per tahun. Lalu sekitar 70.000 ton hasil olahan kakao untuk memenuhi pasar lokal. 

Franky Sibarani, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) berharap, ekspansi JB Foods menjadi ekspansi investor asing terakhir di sektor olahan kakao Indonesia. "Mereka mengeruk potensi kakao, lalu dibawa ke luar negeri," ujar Franky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×